Image default
Inovation & Green Technology

Google Sepakati PPA Tenaga Surya 30 MW di Malaysia untuk Tekan Emisi Pusat Data

KUALA LUMPUR, ESGIDN.com – Google resmi menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) jangka panjang untuk mengamankan pasokan listrik tenaga surya berkapasitas hampir 30 megawatt (MW) di Malaysia bagian utara. Langkah strategis ini diambil guna memperkuat upaya dekarbonisasi operasional perusahaan yang intensif energi di salah satu pasar kelistrikan paling menantang di dunia.

Kesepakatan ini mencakup hasil produksi dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala utilitas berkapasitas 29,99 MW di Kedah. Proyek ini dikembangkan di bawah naungan Corporate Green Power Programme (CGPP) Malaysia. Dipimpin oleh Shizen Energy melalui perusahaan proyek lokalnya, SM 01 Sdn. Bhd., proyek ini telah mencapai kesepakatan finansial (financial close) dan dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2027.

Langkah Strategis di Tengah Dominasi Energi Fosil

Asia masih menjadi salah satu kawasan tersulit bagi perusahaan multinasional untuk melakukan dekarbonisasi, mengingat bahan bakar fosil masih mendominasi pembangkitan listrik di banyak pasar. Google telah berulang kali mengidentifikasi kawasan ini sebagai tantangan utama dalam mencapai target operasional dengan energi bebas karbon selama 24 jam penuh.

PPA ini secara langsung mendukung tujuan tersebut. Proyek ini akan menyuplai Google dengan atribut energi yang terikat pada PLTS tersebut, memungkinkan kemajuan menuju konsumsi listrik bersih secara real-time untuk operasional regionalnya, termasuk pusat data (data center).

“Kami sangat antusias memperluas kolaborasi kami dengan Shizen Energy ke Malaysia. Kerja sama ini menunjukkan komitmen jangka panjang kami terhadap pasar ini,” ujar Srinath Iyer, Kepala Strukturisasi Komersial untuk Energi di Google. “Dengan berinvestasi pada kapasitas ini sebelum kebutuhan operasional kami muncul, kami mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan berkontribusi pada ketahanan sistem kelistrikan di tempat kami beroperasi.”

Mendukung Target Transisi Energi Malaysia

Bagi Malaysia, kesepakatan ini memperkuat upaya pemerintah untuk menarik investasi asing melalui ketersediaan listrik bersih. Peta Jalan Transisi Energi Nasional (National Energy Transition Roadmap atau NETR) negara tersebut menargetkan energi terbarukan mencapai 70 persen dari kapasitas listrik terpasang pada tahun 2050, meningkat tajam dari sekitar 26 persen pada tahun lalu, menurut data BloombergNEF.

Kerangka kerja CGPP dirancang untuk memungkinkan pembeli korporat besar melakukan kontrak langsung untuk listrik terbarukan, mengurangi ketergantungan pada jaringan nasional, dan mempercepat pengembangan proyek. Kesepakatan Google ini merupakan salah satu PPA perdana yang ditandatangani di bawah program tersebut, memberikan kredibilitas dan momentum pada kebijakan ini.

Ekspansi Shizen Energy dan Dampak Lokal

Bagi Shizen Energy, proyek di Malaysia ini menandai ekspansi strategis di luar kolaborasi sebelumnya dengan Google di Jepang. Ini adalah proyek tenaga surya skala utilitas pertama perusahaan tersebut di Malaysia, sebuah peningkatan signifikan dari instalasi komersial dan industri yang lebih kecil.

“Keberhasilan perluasan kolaborasi kami dengan Google dari Jepang ke Malaysia menegaskan hubungan kepercayaan yang telah kami bangun dan memvalidasi kemampuan Shizen Energy untuk menghadirkan solusi energi terbarukan skala besar lintas batas,” kata Kenji Kawado, CEO Shizen International Inc.

Eksekusi proyek ini melibatkan konsorsium mitra lokal dan regional, termasuk Shizen Malaysia Sdn. Bhd., Solarvest Asset Management Sdn. Bhd., dan HSS Engineering Sdn. Bhd. Pembangunan ini diharapkan dapat mendukung penciptaan lapangan kerja di sektor energi bersih, peningkatan kapasitas teknik lokal, serta rantai pasok energi terbarukan Malaysia secara lebih luas.

Kesepakatan ini menjadi sinyal penting bagi para investor mengenai kedalaman jaringan proyek tenaga surya skala utilitas di Asia Tenggara, yang didukung oleh rencana transisi negara dan permintaan korporasi jangka panjang. Seiring dengan percepatan pertumbuhan pusat data di seluruh Asia, perjanjian semacam ini menggambarkan bagaimana pembeli multinasional turut membentuk pasar listrik regional, tidak hanya dengan memangkas emisi mereka sendiri, tetapi juga dengan menjadi jangkar bagi investasi dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transisi energi nasional.

Related posts

Langkah Berani Indonesia Menuju Ekonomi Hidrogen Global

Nea

FAIRATMOS dan Natalia Rialucky Marsudi – Mitra Terpercaya dalam Revolusi Pasar Karbon Global

Nea

Kunjungan PII ke Fasilitas WIKA Beton di Filipina Perkuat Peran Indonesia dalam Proyek Infrastruktur Regional

Nea