Image default
Inovation & Green Technology

FAIRATMOS dan Natalia Rialucky Marsudi – Mitra Terpercaya dalam Revolusi Pasar Karbon Global

Jakarta, ESG IDN – Tahun 1998 membawa luka mendalam bagi Indonesia. Saat krisis finansial Asia melanda, puluhan juta rakyat—khususnya petani dan pengusaha kecil—tercemar dalam ketidakpastian ekonomi. Maka ketika Natalia Rialucky Marsudi masih duduk di bangku sekolah menengah, dia membuat janji dengan dirinya sendiri: kelak, dia akan mengubah nasib mereka yang tertinggal.

Dua puluh empat tahun kemudian, janji itu menjadi kenyataan—bukan dalam bentuk konvensional, melainkan melalui teknologi dan inovasi yang melampaui imajinasi. Natalia Rialucky Marsudi meluncurkan FAIRATMOS pada tahun 2022, sebuah perusahaan teknologi iklim yang menjadi katalis transformasi pasar karbon di Asia Tenggara. Kini, organisasi yang ia pimpin telah memproses lebih dari 1,6 juta hektare lahan hutan, melibatkan ribuan anggota komunitas, dan mengakselerasi perdagangan karbon terverifikasi yang memberdayakan petani kecil hingga korporasi multinasional.

Arsitek Perubahan: Perjalanan Karir yang Mengilhami
Sebelum mendirikan FAIRATMOS, Natalia menghabiskan lebih dari satu dekade bekerja di garis depan transformasi digital dan dampak sosial. Sebagai Project Leader di Boston Consulting Group (BCG) selama bertahun-tahun, dia memimpin inisiatif transformasi digital untuk perusahaan Fortune 500 dan BUMN di berbagai sektor—dari keberlanjutan hingga telekomunikasi. Pengalaman di BCG memberikan fondasi berharga tentang strategi bisnis, namun momentum krusial datang ketika Natalia berpindah ke TaniHub sebagai Chief Strategy and Social Impact Officer.

Di TaniHub, dunia berubah. Natalia tidak lagi bekerja dari ruang konferensi; dia turun ke lapangan, bertemu petani secara langsung, dan merasakan kesenjangan nyata antara teori dan praktik. “Pengalaman itu sangat membuka mata,” kenangnya kemudian. “Beralih dari konsultasi ke operasional membuat saya menyadari bahwa tidak semua desain yang bagus berhasil. Anda harus memahami alasan praktis mengapa orang perlu mengubah perilaku mereka. Saya belajar bahwa membangun solusi teknologi yang sederhana untuk digunakan adalah hal yang sangat sulit dilakukan.”

Inilah momen epifani. Natalia melihat celah besar: petani dan komunitas hutan memiliki proyek konservasi bernilai tinggi dalam pasar karbon global, namun mereka terjebak dalam proses administratif yang rumit dan mahal untuk mengakses pendapatan ini. Maka, dia memutuskan untuk membangun jembatan—FAIRATMOS.

FAIRATMOS: Platform Revolusioner untuk Integritas Karbon
FAIRATMOS bukan sekadar startup teknologi lain. Organisasi ini adalah katalis transformasi ekonomi netral karbon—perusahaan teknologi iklim pertama di Asia Tenggara yang mengintegrasikan kecerdasan buatan, analisis geospasial, dan kepercayaan komunitas dalam satu ekosistem utuh.

Misi FAIRATMOS sederhana namun ambisius: memudahkan proses pengembangan proyek offset karbon berkualitas tinggi yang memberikan dampak nyata kepada komunitas lokal. Platform ini dilengkapi dengan tiga alat unggulan yang mengubah cara proyek karbon dikembangkan di Asia Tenggara.

AtmosCheck bertindak sebagai sistem pra-kelayakan lanjut yang menggunakan teknologi penginderaan jauh untuk menilai kelayakan proyek dalam hitungan minggu, bukan berbulan-bulan. AtmosWatch adalah sistem pemantauan berbasis satelit yang melacak pertumbuhan proyek secara real-time dengan presisi tinggi, memastikan transparansi penuh bagi pembeli karbon. Sementara AtmosFund menghubungkan proyek terverifikasi dengan investor dan pembeli karbon di seluruh dunia.

Sejak tahun 2022, FAIRATMOS telah mempercayai dan bermitra dengan lebih dari 100 perusahaan dan komunitas di Indonesia. Hingga November 2025, mereka telah memproses lebih dari 1,6 juta hektare untuk penilaian proyek, memastikan verifikasi ribuan proyek karbon berkualitas tinggi, melibatkan ratusan ribu anggota komunitas dalam skema konservasi, dan memfasilitasi penjualan ratusan ribu ton CO₂ setara dengan integritas penuh.

Klien mereka mencakup daftar besar: Pertamina, APP Group (produsen pulp and paper terbesar), Borneo Nature Foundation, dan berbagai institusi internasional lainnya. Setiap proyek yang dikembangkan FAIRATMOS menekankan tiga pilar sekaligus: integritas lingkungan, kepercayaan sosial, dan viabilitas finansial.

Panggung Global: Keterlibatan FAIRATMOS di COP
Namun pencapaian lokal bukanlah akhir dari cerita. FAIRATMOS dan Natalia Rialucky Marsudi telah menjadi pemain strategis di panggung konferensi iklim global—mulai dari COP28 hingga COP30—membawa perspektif unik Asia Tenggara ke diskusi internasional tentang masa depan pasar karbon.

Di COP28 Dubai (Desember 2023), Natalia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pertamina New & Renewable Energy untuk mengembangkan proyek karbon berbasis alam di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi pemantauan FAIRATMOS yang canggih. Momen ini menandai komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dan mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) melalui kemitraan strategis sektor publik-privat yang solid.

Enam bulan kemudian, di COP29 Baku (November 2024), FAIRATMOS hadir dengan momentum berbeda. Tidak hanya Natalia hadir, tetapi FAIRATMOS meluncurkan kampanye unik: “One Tree for COP29″—setiap percakapan dengan tim FAIRATMOS di Baku akan ditandai dengan penanaman satu pohon yang akan dipantau menggunakan teknologi AtmosWatch hingga COP30. Kampanye ini mencerminkan filosofi FAIRATMOS: menghubungkan aksi iklim dengan kepercayaan, transparansi, dan pemberian bukti nyata.

Di COP29, Natalia juga berperan aktif dalam panel diskusi tentang skalalisasi pasar karbon di ASEAN, menekankan pentingnya kerangka kerja publik-privat dan metodologi yang disesuaikan dengan konteks lokal Asia Tenggara. Dia menyoroti tantangan kritis: biaya tinggi untuk proyek berbasis alam (NBS) dan rentang waktu persetujuan yang panjang, sambil mengidentifikasi peluang melalui kolaborasi lintas batas yang bermakna.

Momentum puncak datang di COP30 Belém, Brasil (November 2025), di mana FAIRATMOS dan Natalia menjadi bagian integral dari delegasi Indonesia. Pada hari pertama, Natalia menghadiri sarapan yang diselenggarakan oleh Presiden COP30 Ambassador André Corrêa do Lago dan CEO COP30 Ana Toni, bersama Elim Sritaba dari APP Group. Diskusi berfokus pada PACM (Platform for Accelerating Carbon Markets) sebagai katalis untuk meningkatkan permintaan regional terhadap karbon berkualitas tinggi dan transparan—sebuah visi yang kuat didukung sepenuhnya oleh FAIRATMOS.

Di Indonesia Pavilion COP30, FAIRATMOS memimpin panel strategis berjudul “Scaling Landscape Restoration Through Carbon Finance and Partnerships” yang menghadirkan pemimpin global dari Tropical Forest Alliance, Standard Chartered, The Nature Conservancy, APP Group, dan Kementerian Kehutanan Indonesia. Diskusi ini menekankan pesan kritis: pembeli karbon harus bersedia membayar harga yang tepat untuk memastikan proyek restorasi memberikan hasil penuh—bukan hanya sekuestrasi karbon, tetapi juga keanekaragaman hayati, mata pencaharian lokal, dan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan.

Pertemuan dengan Menteri Lingkungan Pak Hanif Faisol menunjukkan pengakuan pemerintah Indonesia terhadap peran strategis FAIRATMOS dalam mewujudkan ambisi iklim nasional.

Jejak Strategis di Seluruh Region
Selain COP, FAIRATMOS telah memposisikan diri sebagai pemimpin pemikiran di forum-forum penting lainnya. Natalia menjadi panelist di Asia PE-VC Summit 2025, menghadirkan diskusi tentang inovasi climate tech dan bagaimana investor dapat mengidentifikasi sektor yang resilient dalam menghadapi volatilitas pasar. Di ASEAN Climate Forum 2024, dia memandu panel diskusi utama berjudul “Unlocking New Growth Engines Through Carbon Market Development in ASEAN”, menyoroti pentingnya kerangka kerja regional yang koheren dan terkoordinasi.

Kemitraan strategis FAIRATMOS terus meluas ke seluruh kawasan. Pada Juni 2025, FAIRATMOS menandatangani Memorandum of Understanding dengan CCCO2 Philippines Corporation untuk mengembangkan proyek karbon berbasis alam di lebih dari 90.000 hektare di Kotabato Selatan, Filipina. Penandatanganan dilakukan dengan kehadiran Ambassador Indonesia untuk Filipina, Agus Widjojo, menekankan dimensi diplomasi yang lebih luas dari kerja FAIRATMOS di tingkat regional.

Teknologi dan Integritas: DNA FAIRATMOS
Apa yang membedakan FAIRATMOS dari pemain pasar karbon lainnya adalah komitmen yang tidak tergoyahkan terhadap integritas dan transparansi teknologi. Dalam industri yang sering dikritik karena “greenwashing”—klaim keberlanjutan palsu yang menyesatkan investor—FAIRATMOS menetapkan standar baru yang lebih tinggi dan lebih kredibel.

Tim FAIRATMOS terdiri dari talenta terbaik dari BCG, WWF, Sirclo, Systemiq, Tanihub, dan berbagai bidang keahlian lainnya. Mereka menggabungkan pengalaman puluhan tahun dalam mendorong perubahan terukur dengan teknologi canggih yang terdepan. Penginderaan jauh dan kecerdasan buatan bukan sekadar istilah modis di FAIRATMOS—ini adalah fondasi operasional yang memastikan setiap data yang dilaporkan akurat, dapat diverifikasi, dan transparan sepenuhnya.

Dalam era di mana pembeli karbon internasional semakin cermat dalam memilih proyek berkualitas tinggi, keunggulan teknologi FAIRATMOS memberikan ketenangan pikiran. Sistem ini dapat mendeteksi anomali, melacak perubahan tutupan lahan, dan memvalidasi klaim karbon dengan presisi yang jauh melampaui metode manual tradisional yang ketinggalan zaman.

Visi 2030: Indonesia sebagai Hub Karbon Global
Natalia tidak menyembunyikan ambisinya untuk masa depan. Visi jangka panjangnya adalah membangun pasar karbon Indonesia terbesar dan paling terpercaya—platform di mana petani kecil hingga korporasi besar dapat mengakses pendapatan karbon yang adil, transparan, dan berkelanjutan.

Dengan peluncuran IDXCarbon (Indonesia Carbon Exchange) pada Januari 2024, di mana FAIRATMOS berperan aktif, Indonesia membuka pintunya untuk investor internasional yang tertarik dengan pasar karbon berkualitas tinggi. Plafon telah terbuka lebar: lebih dari 42.000 ton CO₂ setara dijual pada hari pertama peluncuran, kepada 11 pembeli, dengan lebih dari 100 peserta dalam ekosistem yang terus berkembang ini.

Pada November 2025, momentum ini terus berlanjut dengan Perpres 110/2025 yang memungkinkan Indonesia membuka pasar karbon internasionalnya secara penuh, dibarengi dengan Mutual Recognition Agreements (MRAs) dengan Verra, Gold Standard, Plan Villo, dan Global Carbon Council—standar internasional tertinggi untuk kredibilitas karbon yang diakui secara global.

Kesimpulan: Dari Mimpi Pribadi menjadi Misi Global
Kisah FAIRATMOS adalah kisah transformasi sejati—dari seorang gadis yang berniat baik di tahun 1998 menjadi pemimpin visioner yang mengubah cara dunia memahami nilai pasar karbon bagi komunitas lokal. Natalia Rialucky Marsudi telah membuktikan bahwa profit, people, dan planet dapat berkembang bersama, bukan dalam konflik atau trade-off yang merugikan.

Melalui kehadiran aktif di COP28, COP29, dan COP30, FAIRATMOS telah memposisikan Indonesia—dan Asia Tenggara—sebagai pemimpin dalam mentransformasi pasar karbon sukarela menjadi mekanisme yang adil, transparan, dan berdampak nyata. Tidak hanya tentang mengurangi emisi global, tetapi tentang memberdayakan petani, melindungi hutan, dan menciptakan ekonomi yang inklusif bagi semua pihak.

Dalam setiap proyek yang dikembangkan, setiap pohon yang dipantau melalui AtmosWatch, dan setiap MoU yang ditandatangani di forum global, FAIRATMOS membawa pesan yang jelas dan kuat: integritas iklim dimulai dengan kepercayaan, dan kepercayaan dimulai dengan transparansi yang tak tergoyahkan.

Saat dunia bergerak menuju net zero, FAIRATMOS bukan hanya mengikuti gelombang perubahan—organisasi ini membangun jembatan yang menghubungkan ambisi global dengan aksi lokal, satu karbon terverifikasi pada satu waktu, dengan komitmen penuh terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan.

Related posts

Langkah Berani Indonesia Menuju Ekonomi Hidrogen Global

Nea

Kunjungan PII ke Fasilitas WIKA Beton di Filipina Perkuat Peran Indonesia dalam Proyek Infrastruktur Regional

Nea

Google Sepakati PPA Tenaga Surya 30 MW di Malaysia untuk Tekan Emisi Pusat Data

Nugroho