Jakarta, ESG IDN – Jika pernah berdiri di atas kapal selam di Raja Ampat atau menatap air Teluk Cenderawasih yang seperti cermin, kamu pasti paham mengapa Bird’s Head Seascape sering disebut permata mahkota samudra kita.
Ini bukan sekadar indah—ini vital. Perairan ini di Papua Barat membentang lebih dari 225.000 km², rumah bagi lebih dari 75% spesies karang yang dikenal dunia dan hampir 1.700 spesies ikan terumbu. Di sini pari manta meluncur, hiu paus berkelana, penyu bertelur—dan komunitas telah hidup berdampingan dengan laut selama berabad-abad.
Jaringan Perlindungan yang Bekerja
Bird’s Head Seascape bukan hanya satu tempat—ini jaringan 26 Area Laut Terlindungi (ALT), mencakup lebih dari 5,2 juta hektar laut. Masing-masing melindungi habitat kritis: terumbu dangkal, teluk dalam, hutan bakau, dan padang lamun. Bersama-sama, mereka membentuk salah satu sistem konservasi laut skala besar paling efektif di dunia.
Sejak ALT ini didirikan pertengahan 2000-an (dengan hanya 12 area untuk memulai), penangkapan ikan destruktif turun lebih dari 90%. Stok ikan memulih. Tutupan karang hidup meningkat. Dan ekonomi biru di sini—terutama ekowisata dan perikanan berkelanjutan—menciptakan manfaat nyata bagi komunitas lokal.
Didukung oleh Masyarakat dan Kemitraan
Mudah mengira konservasi laut adalah tentang sains dan pendanaan—tetapi di Bird’s Head Seascape, ini sama pentingnya tentang kepercayaan, budaya, dan kepemimpinan lokal. Banyak ALT ini dikelola bersama oleh komunitas adat menggunakan sistem sasi yang telah berusia berabad-abad, yang mengatur kapan dan di mana sumber daya laut dapat dipanen.
Mitra internasional seperti Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), The Nature Conservancy, WWF, dan Conservation International membawa sains, pemantauan, dan advokasi global—namun jantung Bird’s Head Seascape adalah masyarakat yang bergantung padanya.
Inisiatif seperti Blue Abadi Fund memastikan manajemen dapat berlanjut jauh melampaui siklus donor—menyediakan pembiayaan berkelanjutan yang membuat ranger tetap di air, program komunitas aktif, dan data mengalir untuk menginformasikan keputusan.
Mengapa Dunia Memperhatikan
Secara global, lebih dari 80% terumbu menghadapi ancaman dari penangkapan berlebihan, polusi, dan dampak iklim. Bird’s Head Seascape membuktikan bahwa ketika menggabungkan penatalayanan lokal kuat, sains kokoh, dan pembiayaan jangka panjang, ekosistem dapat pulih—dan berkembang.
Tidak heran Bird’s Head Seascape telah menjadi model bagi inisiatif konservasi dari Pasifik hingga Karibia. Ini menunjukkan bahwa perlindungan dan kemakmuran bukan musuh—mereka bisa menjadi mitra.
Kita sering menganggap melindungi alam sebagai amal, tetapi di sini itu investasi—dalam mata pencaharian, keamanan pangan, resiliensi iklim. Bird’s Head Seascape membuktikan melindungi keanekaragaman hayati adalah mungkin ketika kita membangun solusi dengan orang-orang yang paling tahu tentang laut.
Jika organisasi Anda menjelajahi proyek ekonomi biru, teknologi restorasi seperti Reef Cubes, atau mencari model untuk pengembangan pesisir berkelanjutan, Bird’s Head Seascape lebih dari inspirasi—ini adalah cetak biru hidup.
Bagaimana menurut kamu? Apakah model ini bisa bekerja di bagian lain Indonesia atau di seluruh Segitiga Karang?

