Image default
Editor's PicksExpert Says

RM BTS Ubah APEC CEO Summit Jadi Platform Advokasi Budaya Global

Jakarta, ESG IDN – Suara yang terdengar di APEC CEO Summit 2025 bukan suara seorang musisi semata. RM dari BTS membawa pesan yang lebih dalam—sebuah desakan kepada para pemimpin dunia untuk mengakui industri kreatif tidak sekadar sebagai hiburan, melainkan sebagai mesin inovasi strategis yang dapat menyatukan bangsa-bangsa.

Pidato RM mencerminkan nilai ESG yang sesungguhnya, khususnya dimensi Social dan Governance—bagaimana investasi dalam budaya dan seni adalah tanggung jawab kolektif untuk membangun masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Budaya Sebagai Jembatan, Bukan Pengasingkan

RM membuka pidatonya dengan metafora yang menggugah: “Budaya itu seperti sungai. Ia mengalir bebas, dengan beragam aliran, terkadang menyatu dalam harmoni.” Pernyataan ini menjadi fondasi bagi pesan yang lebih universal tentang peran budaya dalam diplomasi dan pembangunan.

Dalam konteks Asia-Pasifik, RM menekankan bahwa kawasan memiliki keragaman budaya yang luar biasa dinamis. Kesuksesan gemilang K-pop menjadi bukti konkret bahwa keragaman budaya dan kreativitas adalah potensi manusia terbesar—sebuah kekuatan tanpa batas untuk berkembang. Pesan ini penting karena secara implisit, RM berbicara tentang bagaimana inklusi budaya menciptakan nilai tambah ekonomi dan sosial yang signifikan.

Tantangan untuk Para Pemimpin: Investasi Bukan Sekadar Kebijakan

RM tidak berhenti di pujian. Ia langsung menantang para pemimpin APEC dengan permintaan yang jelas dan langsung: “Ada kreator di seluruh dunia. Tolong bantu mereka. Beri mereka dukungan finansial agar kreativitas mereka dapat berkembang. Beri mereka kesempatan agar bakat mereka dapat benar-benar bersinar.”

Pernyataan ini mengandung dimensi Governance yang kuat—mekanisme alokasi sumber daya yang adil dan strategis. RM menegaskan bahwa berinvestasi dalam budaya bukan sekadar kebijakan yang menyenangkan, melainkan keharusan strategis untuk pembangunan berkelanjutan.

Argumennya jelas dan berbobot: “Budaya dan seni adalah kekuatan dahsyat yang menggerakkan hati. Keduanya adalah pembawa pesan tercepat yang membawa keragaman dan resonansi.” Dengan demikian, RM menempatkan industri kreatif sebagai komponen strategis dalam menciptakan kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Komitmen Bersama untuk Masa Depan

Sebelum menutup pidato, RM mengucapkan janji di hadapan para pemimpin APEC. Ia berkomitmen untuk melakukan bagiannya dengan sepenuh hati: “Saya berjanji akan melakukan bagian saya dengan mengirimkan pesan penuh keberanian, harapan, dan segudang emosi melalui musik, sebuah pesan untuk merangkul perbedaan kita demi menciptakan sesuatu yang lebih baik bersama.”

Komitmen ini resonan dengan prinsip ESG tentang tanggung jawab bersama. RM tidak hanya berbicara kepada pemimpin, tetapi juga menunjukkan bahwa individu dan organisasi memiliki peran aktif dalam mewujudkan perubahan positif.

Pesan Esensial untuk Dunia Bisnis dan Kebijakan

Pidato RM menghadirkan perspektif segar tentang bagaimana ESG tidak terbatas pada lingkungan atau tata kelola korporat semata, melainkan mencakup pemberdayaan sosial melalui kreativitas dan budaya. Dukungan terhadap industri kreatif adalah investasi dalam soft power, kesejahteraan sosial, dan inovasi—pilar-pilar yang saling terhubung menuju pembangunan berkelanjutan.

Dalam era di mana polarisasi semakin nyata, pesan RM bahwa budaya adalah “pembawa pesan tercepat yang membawa keragaman dan resonansi” menjadi pengingat bahwa persatuan dibangun bukan dari keseragaman, tetapi dari apresiasi terhadap perbedaan.

Pidato RM BTS di APEC CEO Summit 2025 adalah kesempatan emas bagi para pemimpin dunia untuk mengakui dan menginvestasikan sumber daya dalam ekosistem kreatif global—bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi untuk menciptakan dunia yang lebih berempati, adil, dan berkelanjutan.

One Key Message : Creative industries and cultural diversity are not peripheral sectors, but strategic investments essential for sustainable development, social cohesion, and global innovation—requiring collective commitment from world leaders and creators alike.

Related posts

INSTAR 2025: Terobosan Indonesia dalam Keunggulan ESG dan Integritas Bisnis Berkelanjutan

Nea

Asia GX Consortium Adakan Pertemuan Tingkat Tinggi 2025, Dorong Akselerasi Transformasi Hijau di Asia

Nea

Mengungkap Aksi Iklim: Climate TRACE Buka Era Transparansi Emisi Global

Nea

Leave a Comment