Image default
Enviroment

Resort Indonesia 2025: Mengubah Kemewahan Menjadi Komitmen Berkelanjutan

Indonesia memasuki era baru dalam pariwisata, di mana kemewahan bukan lagi sekadar tentang kenyamanan, tetapi tentang tanggung jawab. Di tahun 2025, industri resort Indonesia mengalami transformasi fundamental dengan mengintegrasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) ke dalam setiap aspek operasional mereka. Perubahan ini bukan sekadar tren pemasaran—ini adalah kebutuhan strategis yang mendefinisikan ulang masa depan pariwisata berkelanjutan di negeri yang kaya akan alam ini.

Menurut Yulia Maria, Ketua Himpunan Humas Hotel Indonesia (H3), komitmen terhadap ESG telah menjadi fondasi keberlanjutan pariwisata Indonesia. Dengan Indonesia telah mencapai 62,5% dari total target Sustainable Development Goals (SDGs) yang dapat dievaluasi, momentum ini menjadi titik luncur bagi industri resort untuk mempercepat pencapaian target 100% pada tahun 2030. Krisis alam yang dihadapi—seperti banjir di Bali—telah membangunkan kesadaran kolektif bahwa pariwisata dan kelestarian lingkungan harus berjalan beriringan.


Bagian 1: Spirit of Sustainability—Revolusi Tenaga Bersih dari Santika Hotels & Resorts

Santika Indonesia Hotels & Resorts membuktikan bahwa ekosistem resort yang luas bisa menjadi katalis perubahan besar. Dengan 114 unit hotel tersebar di lebih dari 50 kota di Indonesia, perusahaan ini meluncurkan program revolusioner bertajuk “Spirit of Sustainability” pada 25 April 2025, bertepatan dengan Peringatan Hari Bumi.

Energi Terbarukan: Panel Surya di Delapan Lokasi

Program ini dimulai dengan penciptaan infrastruktur energi terbarukan yang ambisius. Pengaktifan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di The ANVAYA Beach Resort di Bali menjadi simbol komitmen ini. Instalasi panel surya ini telah tersebar di delapan unit Santika Indonesia dan terus berkembang, mengurangi ketergantungan pada energi fosil sambil menjaga operasional hotel tetap efisien.

Gubernur Bali, Wayan Koster, melihat inisiatif ini sebagai langkah nyata menuju visi Bali sebagai “kawasan wisata hijau” yang peduli terhadap pelestarian alam dan budaya lokal. Dengan antusiasme ini, Santika Indonesia berambisi untuk membangun lebih banyak hotel di kota-kota kelas dua dan tiga, menciptakan lapangan kerja sambil merawat prinsip keberlanjutan.

Program Santika Sahabat Bumi: Aksi Nyata Pengurangan Sampah

Lebih dari panel surya, Santika Indonesia membuktikan komitmen ESG melalui program “Santika Sahabat Bumi.” Program ini merupakan gerakan pengumpulan sampah yang terkoordinasi di seluruh jaringan hotel mereka, dengan target mencapai 4,4 ton sampah yang dikumpulkan dan dikelola dengan bertanggung jawab. Setiap bulan, 40 kilogram sampah didistribusikan ke pusat pengolahan, dengan partisipasi dari hotel-hotel unggulan seperti The ANVAYA, The Kayana, dan The Samaya hingga akhir tahun 2025.

Selain itu, Santika Indonesia telah mengimplementasikan fasilitas bebas plastik, desain arsitektur ramah lingkungan dengan area terbuka yang lebih luas, serta praktik daur ulang komprehensif di seluruh properti mereka. Inisiatif ini mencerminkan pemahaman mendalam bahwa keberlanjutan adalah investasi jangka panjang, bukan beban operasional.


Bagian 2: Pulau Macan Eco Lodge—Regenerative Tourism di Kepulauan Seribu

Terletak hanya 90 menit dari Jakarta di Kepulauan Seribu, Pulau Macan Eco Lodge mendemonstrasikan bahwa kemewahan dan keberlanjutan bukanlah oposisi, melainkan harmoni yang dapat dipelihara dengan komitmen autentik.

Filosofi Regeneratif: Lebih dari Sekadar “Green”

Pulau Macan mengadopsi konsep “regenerative tourism,” sebuah pendekatan yang melampaui minimalisasi dampak negatif dengan aktif menciptakan dampak positif bagi lingkungan, masyarakat, dan ekonomi lokal. Pendekatan ini tercermin dalam setiap keputusan desain dan operasional.

Infrastruktur Berkelanjutan yang Menyeluruh

Resort ini mengoperasikan sistem energi terbarukan berbasis panel surya yang strategis ditempatkan di seluruh area. Setiap kamar dibangun dari bahan-bahan alami dan upcycled, dengan sistem ventilasi alami yang memanfaatkan angin laut dan naungan pohon. Tidak ada AC atau televisi—justru, filosofi ini disebut “luxury in simplicity,” menciptakan pengalaman yang autentik dan mindful.

Pengelolaan air dilakukan dengan pengumpulan air hujan dan sistem penyaringan canggih. Plastik sekali pakai tidak boleh ada di seluruh pulau, dan program daur ulang limbah dijalankan dengan konsistensi tinggi. Namun, yang paling menonjol adalah program keterlibatan komunitas: setiap tamu diajak langsung untuk berpartisipasi dalam penanaman mangrove, pembersihan pantai, atau program restorasi terumbu karang secara musiman.

Program Edukasi dan Keterlibatan Tamu

Setiap tamu baru menerima orientasi mendalam tentang prinsip-prinsip lingkungan Pulau Macan. Inisiatif ini bukan hanya edukasi pasif—ini adalah pengalaman transformatif yang membuat pengunjung memahami koneksi pribadi mereka dengan lautan dan ekosistem sekitar.


Bagian 3: Misool Eco Resort Raja Ampat—Konservasi Laut Skala Mega

Di perairan selatan Raja Ampat, Misool Eco Resort berdiri sebagai bukti bahwa pariwisata dan konservasi laut dapat bekerja secara sinergis, menciptakan dampak positif yang terukur dan berkelanjutan.

Transformasi dari Illegal Shark Finning ke Sanctuary Laut

Perjalanan Misool dimulai dari masa gelap: daerah ini pernah menjadi basis operasi illegal shark finning yang menghancurkan populasi hiu lokal. Sejak didirikan pada 2005 oleh Marit dan Andrew Miners, resort ini telah mengubah narasi sepenuhnya, bermitra dengan penduduk lokal dan pemerintah untuk menciptakan Marine Protected Area (MPA) terbesar yang pernah ada.

Misool Marine Reserve: 300,000 Acres Perlindungan Laut

Reserve ini mencakup area hampir dua kali lipat ukuran Singapura, melindungi ekosistem terumbu karang yang kompleks dan sangat biodiversitas tinggi. Daerah ini terdiri dari dua No-Take Zone (NTZ)—Daram dan Batbitim—yang dihubungkan oleh koridor blue-water yang dikelola pemerintah untuk praktik tradisional berkelanjutan.

Pengalaman paling dramatis adalah transformasi populasi hiu. Pada tahun 1990-an, hiu sangat melimpah di perairan ini. Namun, operasi illegal shark finning mengurasi populasi mereka hingga hampir punah dalam dekade berikutnya. Kini, setelah proteksi ketat, hiu mulai kembali—sebuah simbol pemulihan yang hidup.

Pengelolaan Konservasi Multi-Dimensi

Misool tidak hanya melindungi terumbu karang; resort ini juga melestarikan hutan bakau pesisir yang terancam punah. Hutan bakau ini berfungsi sebagai tempat pembibitan penting bagi ikan-ikan muda dan membantu stabilisasi garis pantai, kontrol erosi, dan menyerap karbon—yang memperkuat region terhadap badai tropis dan memperlambat efek perubahan iklim.

Program konservasi terumbu karang melalui penanaman aktif, edukasi masyarakat tentang teknik penangkapan ikan berkelanjutan, dan komitmen untuk spesies laut yang terancam punah (khususnya perlindungan sarang penyu) adalah inisiatif yang menunjukkan dedikasi Misool melampaui operasi bisnis biasa.

Resep kesuksesan Misool adalah kemitraan kuat dengan komunitas lokal yang mempertahankan hak adat (Hak Adat) mereka atas laut. Pendekatan ini mengakui bahwa konservasi jangka panjang hanya mungkin ketika komunitas lokal melihat keuntungan ekonomi nyata dan otonomi dipertahankan.


Bagian 4: Telunas Resort Batam—Community-Centered Sustainability

Berlokasi di Kepulauan Riau, hanya 50 kilometer dari Singapura, Telunas Resort membuktikan bahwa resort mewah bisa menjadi mesin pemberdayaan komunitas lokal.

Dari Kerusakan Hutan Menjadi Desa Wisata Berkelanjutan

Telunas dibangun di atas latar belakang kebakaran hutan yang menghancurkan ribuan hektare. Sekitar 6,000 hektare hutan dan lahan di Kepulauan Riau terbakar pada 2019 saja. Namun, dari reruntuhan ini, Telunas menciptakan kisah pemulihan yang inspiratif.

Pilar ESG di Telunas

Environmental: Telunas menggunakan material lokal untuk semua konstruksi villa dan bungalow overwater, menciptakan harmoni dengan lingkungan alam. Sistem energi surya mengurangi ketergantungan pada sumber non-terbarukan. Mangrove seluas 70,000 meter persegi dilindungi dan dikembangkan, dengan lebih dari 100 telur penyu yang telah berhasil ditetaskan dan dilepaskan kembali ke laut.

Social: Telunas bekerja langsung dengan desa-desa sekitarnya, menciptakan lapangan kerja bermakna dan peluang pengembangan karyawan. Proyek-proyek sosial mereka mencakup penggalian sumur, perlindungan penyu terancam punah, pengajaran bahasa Inggris, penyediaan peralatan olahraga, perbaikan dan pengecatan sekolah, serta beasiswa perguruan tinggi bagi siswa setempat.

Governance: Struktur kepemimpinan Telunas berfokus pada transparansi operasional dan partisipasi komunitas dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka.

Program Keterlibatan Budaya

Guest dapat terlibat dalam kelas memasak atau workshop batik yang dipandu oleh pengrajin lokal, menciptakan pertukaran budaya yang autentik sambil memberikan pendapatan langsung kepada artisan lokal dan melestarikan tradisi budaya.


Bagian 5: Hyatt Regency Yogyakarta dan Bambu Indah—Green Hospitality Award Winners

Dua resort ini telah membuktikan bahwa penghargaan internasional datang ketika keberlanjutan bukan sekadar program, tetapi filosofi inti.

Hyatt Regency Yogyakarta: Green Hotel Champion

Hyatt Regency Yogyakarta meraih ASEAN Green Hotel Award pada 2018, diikuti dengan pengakuan sebagai Green Hotel Award pemenang pertama tingkat nasional. Kesuksesan ini bukan kebetulan—ini hasil dari program “HyThrive” yang komprehensif, mencakup energi, limbah, ekonomi, dan dimensi sosial.

Resort ini telah mengimplementasikan panel surya, kompos in-house, turbin angin, dan sistem biopori untuk manajemen air. Di lapangan golf seluas 22 hektare mereka, danau artificial berfungsi sebagai ekosistem sirkulasi air untuk irigasi tanaman. Motion detector di lokasi tertentu mengoptimalkan penggunaan listrik, dan seluruh pencahayaan telah beralih ke LED.

Komitmen eksternal mereka sama kuat: inisiatif “Green Jogja” meliputi penanaman pohon di sepanjang Jalan Palagan dan adopsi taman di SMP 4 Ngaglik dan perempatan Monjali. Acara tahunan “Hyatt Pink Ribbon”—lomba lari untuk mendukung penderita kanker—menunjukkan bahwa keberlanjutan melampaui lingkungan dan memasuki tanggung jawab sosial komunitas.

Bambu Indah Ubud: Zero-Waste Philosophy

Bambu Indah Ubud mengoperasikan resort dengan filosofi zero-waste yang radikal. Bangunan resort menggabungkan bamboo autentik dengan rumah-rumah Jawa kuno yang telah dipulihkan sebagai akomodasi mewah. Kolam alami diisi oleh mata air lokal dan disaring oleh batu lava—tidak ada beton, tidak ada bahan kimia.

Program daur ulang limbah, kompos aktif, dan taman organik yang memasok restoran on-site dengan produk segar adalah norma operasional. Restoran Tembaga di resort ini adalah yang pertama di dunia yang didedikasikan untuk “longevity ingredients,” menawarkan pengalaman kuliner yang fokus pada kesehatan dan keberlanjutan.

Air minum di resort tidak dari botol komersial; sistem penyaringan triple filter standar rumah sakit memastikan air keran aman minum—fasilitas langka di pulau dan negara ini. Inisiatif “trash walks” dengan tamu dan staf mengubah kesadaran lingkungan dari pasif menjadi aktif.


Bagian 6: Borobudur Jakarta dan Gerakan Wisata Bersih

Hotel Borobudur Jakarta membuktikan bahwa komitmen ESG dapat melampaui batas properti hotel itu sendiri, menciptakan dampak komunitas luas.

ESG Now Awards 2025

Hotel Borobudur Jakarta meraih penghargaan pada ESG Now Awards 2025 atas inisiatifnya mendukung program pariwisata berkelanjutan melalui Gerakan Wisata Bersih (GWB). Program ini melibatkan kolaborasi dengan Artha Graha Peduli, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Kementerian Pariwisata.

Aksi Nyata: Edukasi dan Pembersihan Sistematis

Pada 14-16 Februari 2025, tim Hotel Borobudur melakukan edukasi kepada pedagang dan masyarakat lokal tentang “clean tourism” di kawasan wisata Kota Tua dan Ancol. Mereka mengajarkan pemilahan sampah menjadi empat kategori: organik, anorganik, residu, dan bahan berbahaya beracun (B3). Selama tiga hari, Gerakan Wisata Bersih berhasil mengumpulkan sekitar lima ton sampah—bukti nyata dampak sistemik yang mungkin dicapai melalui kolaborasi hotel, komunitas, dan pemerintah.


Bagian 7: Eco-Resort Lainnya—The Broader Ecosystem

Destinasi seperti Pulau Macan, Bambu Indah, Telunas, Amanwana di Pulau Moyo, dan Misool Eco Resort di Raja Ampat membentuk ekosistem resort berkelanjutan yang saling memperkuat satu sama lain. Setiap resort memiliki filosofi unik:

  • Amanwana (Pulau Moyo) telah beroperasi selama hampir 20 tahun tanpa insiden bencana alam atau konflik sosial—bukti bahwa konservasi lingkungan dan pemberdayaan komunitas menciptakan stabilitas jangka panjang.

  • Hyatt Regency Yogyakarta menggabungkan skala internasional dengan komitmen lokal, membuktikan bahwa resort besar dapat menjadi pemimpin keberlanjutan.

  • Soori, Bali menawarkan pengalaman mewah dengan pemandangan sawah sambil mempertahankan komitmen terhadap desain ramah lingkungan berbasis kayu lokal.


Bagian 8: H3 Summit 2025—Titik Balik Industri Hotel Indonesia

Pada 25 September 2025, Himpunan Humas Hotel Indonesia mengadakan H3 Summit 2025 dengan tema “How Sustainability in Tourism Will Improve Your Hotel’s Business and Reputation.” Forum ini menghadirkan ratusan praktisi PR, pimpinan hotel, asosiasi industri, dan pemerintah.

Perubahan Paradigma: Dari Pilihan Menjadi Keharusan

Hariyadi Sukamdani, Ketua PHRI, menekankan: “Pariwisata tidak bisa lepas dari keberlanjutan atau kelestarian lingkungan. Konsumen modern telah menyadari pentingnya keberlanjutan. Dengan melakukan sustainable tourism secara konsisten, kita akan mencapai efisiensi bisnis dan ketahanan jangka panjang.”

Pernyataan ini menandakan perubahan fundamental dalam industri hotel Indonesia: keberlanjutan bukan lagi tentang citra atau PR—ini tentang survival bisnis dan relevansi pasar.

Topik Strategis yang Dibahas

Diskusi panel mencakup empat area kritis: tantangan dan peluang ESG di industri perhotelan, solusi konkret bagi sektor swasta, manajemen energi-limbah-air, dan strategi PR & marketing dalam mengemas cerita keberlanjutan yang inspiratif.


Kesimpulan: Resort Indonesia 2025 Sebagai Model Global

Pada tahun 2025, resort Indonesia tidak hanya bermimpi tentang keberlanjutan—mereka membangunnya. Dari Santika Indonesia yang mengaktifkan panel surya di 50 kota hingga Misool Eco Resort yang mengelola 300,000 acres of marine reserve, dari Pulau Macan yang menjalankan regenerative tourism hingga Telunas yang memberdayakan komunitas lokal, industri ini mendemonstrasikan bahwa kemewahan dan tanggung jawab lingkungan dapat bersatu.

ESG bukan lagi slogan pemasaran di resort-resort ini—ini adalah DNA operasional mereka. Dengan Indonesia berkomitmen untuk mencapai 100% target SDGs pada 2030, resort ini berfungsi sebagai pusat inovasi dan pembelajaran untuk industri global.

Untuk wisatawan yang sadar, resort-resort ini menawarkan sesuatu yang lebih berharga daripada kolam renang infinite atau suite mewah: kesempatan untuk menjadi bagian dari gerakan global menuju pariwisata yang benar-benar berkelanjutan. Dan itulah kemewahan sejati di era 2025.

One key message : Indonesia’s resorts in 2025 exemplify how luxury tourism can thrive responsibly by integrating Environmental, Social, and Governance (ESG) principles, turning sustainability from a choice into an operational core that preserves nature, empowers communities, and ensures lasting positive impact.

Related posts

Indonesia: Harta Karun Keanekaragaman Hayati Dunia dan Peluang ESG Uniknya

Nea

Menyelamatkan Bumi, Namun Lupa Menyelamatkan Diri: Refleksi ESG dan Masa Depan Manusia

Nea

Mengungkap Aksi Iklim: Climate TRACE Buka Era Transparansi Emisi Global

Nea